LUBUKLINGGAU jalurinformasi.com,- Hendi Budiono, tokoh pemuda dan politisi senior di Kota Lubuklinggau, memberikan klarifikasi terkait isu politik dinasti yang mengaitkan pasangan bakal calon, H Rodi Wijaya dan Imam Senen, dalam tahapan Pilkada di Kota Lubuklinggau. Isu ini beredar luas di media sosial dan kalangan masyarakat, khususnya di kalangan masyarakat menengah ke bawah.
Hendi Budiono, akrab disapa HB, menegaskan bahwa tuduhan mengenai politik dinasti terhadap pasangan H Rodi Wijaya dan Imam Senen adalah tidak berdasar. Ia menjelaskan bahwa tuduhan tersebut merupakan upaya dari pihak-pihak yang khawatir dengan kemampuan dan pengalaman pasangan ini dalam memenangkan Pilkada Serentak 2024.
“Saya kenal betul dengan Pak Rodi. Kami hampir menyelesaikan amanah selama lima belas tahun di legislatif. Sudah sewajarnya jika kesempatan untuk berbuat lebih banyak jatuh pada dirinya, mengingat segudang pengalaman dan dinamika yang dijalani selama ini,” ujar HB dalam keterangan persnya di kediamannya, Rabu (04/09/2024).
HB menambahkan bahwa hubungan antara H Rodi Wijaya dan Imam Senen dengan isu dinasti, yang dikaitkan dengan istri Rodi Wijaya yang merupakan adik dari istri Walikota sebelumnya, Prana Putra Sohe, adalah kebetulan. HB menegaskan bahwa jodoh dan maut adalah bagian dari takdir yang tidak bisa diatur.
“Jodoh dan maut adalah takdir. Sangat tidak adil jika kita menilai atau mengatakan hal ini sebagai bagian dari upaya yang direncanakan. Rodi Wijaya pernah mencoba mencalonkan diri menjadi Walikota pada 2018 lalu dan ini sangat jelas karena niatnya sendiri sama dengan saat ini,” jelas HB.
HB juga menyatakan bahwa dirinya mengadakan rilis pers ini untuk mencegah kesalahpahaman masyarakat dalam menilai calon pemimpin Lubuklinggau. Ia menegaskan bahwa Rodi Wijaya dan Imam Senen memiliki pengalaman dan kapasitas yang mumpuni untuk memimpin dan berbuat lebih banyak bagi masyarakat.
“Rodi Wijaya adalah kader HMI yang menjalani pendidikan dan kegiatan sosial berjenjang dari SMP hingga kuliah, serta berpengalaman dalam dunia politik. Rodi tidak pernah menggunakan embel-embel nama orang tua dalam pencalonannya,” tambah HB.
HB menutup keterangannya dengan ajakan kepada masyarakat untuk teliti dalam memilih pemimpin. Ia menekankan bahwa pengalaman yang sebenarnya tidak hanya sekadar pengalaman, dan pemilihan pemimpin harus didasarkan pada kemampuan dan track record, bukan sekadar pertemanan atau kepentingan pribadi.
“Nyalon ketua organisasi saja butuh pengalaman sebagai pengurus, apalagi nyalon walikota dengan segudang persoalan dan dinamika yang beragam disemua elemen dan kalangan masyarakat.” Tutupnya.(Iman Santoso/rls)